Orbis International, organisasi nirlaba perawatan mata terkemuka, mengumumkan penelitian inovatif yang menyoroti potensi kecerdasan buatan (AI) dalam mengatasi penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia kerja. Orbis melakukan penelitian di Rwanda bekerja sama dengan Rwanda International Eye Institute untuk menunjukkan kelayakan dan kepuasan pasien yang tinggi dalam skrining retinopati diabetik berbasis AI. Penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Optharmology ini menandai tonggak penting dalam penerapan praktis AI dalam skrining retinopati diabetik di Afrika. Dampak AI dalam Skrining Retinopati Diabetik: Penelitian yang dilakukan oleh Orbis International berfokus pada penggunaan alat Cybersight AI untuk menyaring pasien terhadap retinopati diabetik dan penyakit mata lainnya. Studi ini menemukan bahwa kepuasan pasien terhadap pemeriksaan AI mencapai lebih dari 99%, dengan lebih dari 63% peserta lebih memilih AI dibandingkan manusia. Beberapa faktor berkontribusi terhadap tingginya tingkat kepuasan ini. 1. Integrasi yang mudah: Dengan mengintegrasikan model skrining AI ke dalam janji temu diabetes rutin, pasien dapat menghemat waktu dan menghindari biaya perjalanan tambahan. Kenyamanan ini sangat penting bagi pasien di pedesaan yang menghadapi hambatan dalam mengakses klinik mata khusus. 2. Efisiensi waktu: Tidak seperti pemeriksaan tradisional yang memerlukan pelebaran pupil, pemeriksaan AI menghilangkan langkah ini, menghemat waktu dan menghindari kekaburan penglihatan sementara. 3. Hasil langsung: Pasien menerima laporan tercetak segera setelah pemeriksaan dan dapat mengetahui kondisi mereka serta risiko terkait selama konsultasi. Hal ini menghilangkan kebutuhan untuk menunggu laporan yang terlambat dari manusia yang menilai. 4. Akurasi dan Rujukan: Studi ini menunjukkan bahwa Cybersight AI bekerja dengan baik dan menghasilkan rujukan yang akurat dari klinik diabetes. Hal ini memungkinkan pasien menerima perawatan dan pengobatan lanjutan yang tepat. Prevalensi retinopati diabetik meningkat di Afrika sub-Sahara, sehingga akses terhadap tes skrining penting untuk mencegah gangguan penglihatan. Namun, wilayah yang miskin sumber daya seperti Rwanda menghadapi tantangan karena kurangnya infrastruktur dan personel terlatih. Dengan rata-rata hanya terdapat 3,7 dokter spesialis mata per satu juta penduduk di Afrika sub-Sahara, pelatihan petugas kesehatan untuk melakukan skrining retinopati diabetik merupakan solusi yang tepat dan efektif. Teknologi AI memungkinkan tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter melakukan pemeriksaan retinopati diabetik di lingkungan non-oftalmologi. Kamera penyaringan AI Orbis telah terbukti mudah digunakan, memungkinkan para profesional kesehatan dengan cepat mempelajari dan menerapkan teknologi tersebut. Pendekatan ini tidak hanya membuat proses skrining lebih mudah diakses, namun juga menghemat waktu dokter mata untuk mendapatkan perawatan yang lebih terspesialisasi.